Skip to main content

Acara TV Indonesia Saat Ini

Artikel ini saya dedikasikan untuk kalian yang udah jarang menyalakan televisi, entah karena kesibukan atau ilfeel alias gak selera dengan acara-acara TV kita saat ini. Siapa tau ada yang kemudian penasaran pengen nyalain TV lagi. Saya juga berharap artikel ini dibaca oleh produser acara televisi, pemilik stasiun televisi, atau siapapun yang terlibat dalam proses produksi acara TV. Yah, kali aja ada yang penasaran dengan pendapat masyarakat tentang acara TV yang dibuatnya, nih saya kasih tau.

Kondisi pertelevisian Indonesia saat ini, bagi saya, rasanya prihatin banget. Hakikatnya, tujuan seseorang menonton TV ialah untuk mendapatkan pengetahuan dan/atau hiburan. Sementara itu kalo kamu nyalain TV sekarang, terutama jam prime-time pukul 19.00-22.00, gak banyak yang bisa kamu dapatkan selain:
1. tayangan berita yang bikin orang pesimis akan masa depan;
2. sinetron yang pemeran utamanya gak jelas atau malah udah gak ada (tapi masih manjang ceritanya);
3. sinetron ngayal macam Ganteng-ganteng Seringgila, Siluman Harimau, dan Samson Mungil Pemikat Wanita;
4. stasiun TV yang lagi tergila-gila sinetron India; dan
5. stasiun TV yang nayangin dangdut seminggu penuh dengan host dan juri yang sama walau acaranya berbeda.

Mungkin ini cuma masalah selera sih. Buktinya stasiun TV-stasiun TV tersebut bertahan dengan acara mereka masing-masing, yang artinya acara yang saya sebutkan di atas memang ada yang nonton. Tapi bagi saya, acara-acara tersebut jauh dari kata menghibur, yang ada malah ngabisin waktu dan naikin tensi. Bagaimana dengan acara berita? Yah, paling nggak pengetahuanmu nambah 20% lah sekadar buat update berita terkini. Berita yang ada pun, biasanya sudah diulang-ulang dari pagi.

Sebetulnya, hal utama yang bikin saya ilfeel nonton berita adalah stasiun TV-nya yang gak objektif. Saya pengen sebut nama stasiun TV-nya tapi takut kena UU ITE sih. Jadi gini, subjektifitas stasiun televisi ini kentara banget dari jaman pilpres kemarin. Dan ini terbawa hingga kini, dimana si stasiun TV ini pro banget dengan kebijakan pemerintah. Apapun itu, dari kebijakan yang oke punya sampe kebijakan yang jelas-jelas banyak yang kontra, semuaaa dibelain. Gak percaya? Ini kentara banget waktu media lagi heboh dengan kasus praperadilan BG vs KPK. TV1 nampak condong ke KPK, sedangkan TV2 hanya mewawancarai tim pembela dan kuasa hukum BG. Ini sesungguhnya menyalahi salah satu asas kode etik jurnalistik, yaitu asas profesionalitas. Seharusnya media tidak membentuk opini publik, melainkan memberi informasi sejelas-jelasnya, tanpa ada yang ditutupi atau ditambahi dan membiarkan masyarakat untuk menilai sendiri.

Itu baru contoh tayangan televisi dari segi penyajian berita. Bagaimana dengan sinetron? Wah, yang satu ini gak diragukan lagi lah ya sepak terjangnya. Kamu pernah liat iklan dengan jargon "Momen WOW si kecil"? Tanpa banyak komentar, saya cuma mau bilang bahwa tayangan sinetron sangat penting sebagai trigger bagi buah hati untuk menghasilkan momen WOW. In negative way.

Wow banget kan.. 
Saran saya, jika Anda sebagai orang tua merasa belum mampu untuk mengarahkan dan mengawasi anak saat menonton TV, atau posisimu sebagai kakak yang perhatian dengan adiknya, mending TV-nya dijual aja deh ke OLX, tokopedia, atau bukalapak.com. Niscaya lebih bermanfaat.

Eh tunggu, jangan dijual dulu. Di tengah kekacauan dunia pertelevisian saat ini, untungnya masih ada beberapa produser acara TV yang menyadari pentingnya penyajian acara positif dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya ialah acara Mario Teguh: Golden Ways, talkshow inspiratif seperti Hitam Putih, Kick Andy, dan acara informatif seperti On The Spot. Stasiun TV yang isinya lumayan aman menurut saya, di antaranya NET TV dan Kompas TV. Dua stasiun TV tersebut masih berupaya menjalankan cita-cita UUD 1945: "mencerdaskan kehidupan bangsa". Belakangan ini upaya serupa juga mulai dilakukan oleh RTV melalui acara Olimpiade Indonesia Cerdas.

Akhir kata, seperti halnya internet dan hal-hal lain di dunia ini, televisi memiliki dampak positif maupun negatif. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi apa yang disajikan di dalamnya. Namun demikian, jangan pula lupa bahwa kita sebagai konsumen memiliki hak untuk mendapatkan konten bermanfaat dari televisi, gak melulu diberi tayangan ora mutu. Harapan saya, semoga stasiun televisi lainnya juga mengikuti dan berupaya untuk turut serta "mencerdaskan kehidupan bangsa", bukan sebaliknya. Aamiin.. Semoga bermanfaat.

Comments

  1. Casino Review - DrmCD
    DrmCD Casino was established in 2019. 천안 출장샵 Our goal is 전라북도 출장마사지 to 통영 출장안마 provide the best service and reputation of the 속초 출장샵 gaming industry with the best of 수원 출장안마 both worlds  Rating: 4.2 · ‎9 reviews

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.